Monday, June 25, 2018

Saturday, April 15, 2017

GAGAL PAHAM_2 DERITA KITA - SENGSARA KRISTUS



  “AKU  HAUS”

Suatu Kajian Semiotik dan Semantik Pragmatik tentang Pernyataan Tuhan Yesus di Kayu Salib

Renungan_2: Paskah 2017  oleh  John  Wem Haan.   

Lagu pengantar: click <SENGSARAKU>

<Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia -- supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci --: "Aku haus!"
Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus.> (Yoh.19:28-29).

Ini satu lagi kasus GAGAL PAHAM yang dikisahkan dalam Alkitab, khususnya dalam kitab Injil, di sekitar penyaliban Tuhan  Yesus.   ….. (Click  GAGAL PAHAM_1 yang ada di sisi kanan halaman ini dan baca, kalau belum sempat baca!)
 Ada tujuh (7) pernyataan maha penting – khotbah maha agung di bukit Golgota – yang disampaikan Tuhan Yesus dari kayu salib - di saat Dia mengambil posisi antara langit dan bumi – antara Sorga dan dunia – antara Allah dan manusia ciptaanNya (tergantung di kayu salib).  Alhasil, lagi-lagi - manusia GAGAL PAHAM dan salah meresponi rancangan Allah. 
Coba kita lihat bagaimana manusis meresponi salah satu dari 7 pernyataan Tuhan Yesus tersebut, yaitu “Aku haus!”. Seperti dalam kutipan di atas.  “… mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus”.  Nah, dalam PEMAHAMAN MEREKA, yaitu prajurit-prajurit Romawai yang ada pada saat itu,  Tuhan Yesus haus jasmani. Sehingga respon mereka dengan memberi Yesus minum anggur asam tersebut pada dasarnya adalah SALAH karena seruan Tuhan Yesus <Aku haus!> ini mengandung makna dan nilai yang sangat dahsyat dan sangat dalam, bukan hanya sekedar haus jasmani.
Sekalipun demikian,  perlu diingat juga bahwa peristiwa memberi Yesus minum anggur asam itu harus juga terjadi untuk menggenapi nubuat Alkitab: “… Bahkan, mereka memberi aku makan racun, dan pada waktu aku haus, mereka memberi aku minum anggur asam.” (Mz 69:21). Ada sumber lain (non-alkitab) yang menceriterakan bahwa bangsa Yahudi memang memiliki tradisi memberi minuman anggur asam kepada orang terhukum. Karena itulah di saat Tuhan Yesus menjadi orang terhukum, tersedia juga anggur asam yang siap diberikan kepada Tuhan Yesus apabila Ia haus (secara jasmani) sesuai tradisi tersebut. Apakah memang Tuhan Yesus haus sesuai pemahaman tradisi dimaksud? Allah memang bebas berkarya melalui cara apapun termasuk melalui tradisi umat Yahudi ini, yang memang telah pula dinubuatkan pada masa Daud. Tetapi, seruan Tuhan Yesus <Aku haus!> tidak bisa diartikan secara harafiah sekedar sebagai haus jasmani.    

Nah, apa sesungguhnya makna pernyataan Tuhan Yesus “Aku haus!”.  Kata haus itu sendiri yang dalam bahasa aslinya (Yunani): dipsaƵ (diYaw) dipakai dalam kitab Injil dalam dua level makna. Pertama, arti harafiah yaitu haus jasmani/ tubuh;  dan kedua, arti kiasan yang mencakup dua dimensi yaitu (1) dimensi keinginan (tubuh) akan hal-hal jasmaniah, terutama yang merupakan kebutuhan hidup sehari-hari, tidak hanya sekedar kebutuhan/ kehausan akan air minum;  dan (2) dimensi kerinduan batin (jiwa/ rohani)  akan ‘SESUATU’ yang tidak dapat dilihat sehingga banyak kali tidak dipahami tetapi yang dapat menyegarkan, menguatkan dan menentramkan batin (jiwa).

Sebagai catatan, setiap keinginan bisa dipenuhi cepat atau lambat, tetapi kerinduan adalah kerinduan yang bisa juga terpenuhi apabila menjadi keinginan dan dilaksanakan. Berikut ini satu contoh kerinduan akan Zion (kota Yerusalem) yang dialami umat Israel di saat mereka berada dalam pembuangan/ tawanan di Babel. Kerinduan umat Israel ini sangat populer beredar melalu lagu (silahkan click <The River of Babylon>!) yang sangat lasim dipakai sebagai lagu dansa (Gagal Paham lagi). 
Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion. Pada pohon-pohon gandarusa di tempat itu kita menggantungkan kecapi kita. Sebab di sanalah orang-orang yang menawan kita meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian, dan orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita: "Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion!"
Bagaimanakah kita menyanyikan nyanyian TUHAN di negeri asing?
Jika aku melupakan engkau, hai Yerusalem, biarlah menjadi kering tangan kananku! Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku, jika aku tidak mengingat engkau, jika aku tidak jadikan Yerusalem puncak sukacitaku! (Mz 137:1-6)

Selama masa pelayananNya di bumi, Tuhan Yesus memang banyak kali berurusan dengan dua dimensi kehausan tersebut di atas, tidak hanya sekedar melalui pengajaranNya tetapi juga dalam perbuatan nyata melalui pelayananNya.  Berikut ini adalah beberapa kutipan dari Alkitab P. Baru sebagai contoh, sekaligus sebagai dasar pemahaman kita akan makna pernyataan Tuhan Yesus di kayu salib: <Aku haus!>

  Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf. Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas. Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: "Berilah Aku minum." Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan. Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.) Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup." Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?" Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal." Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air." (Yoh. 4:5-15)

 Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. (Yoh_6:35). 

Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!   Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup." Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan. (Yoh.7:37-39).

Firman-Nya lagi kepadaku: "Semuanya telah terjadi. Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan. (Wahyu 21:6)

Roh dan pengantin perempuan itu berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma! (Wahyu 22:17)

Dalam kutipan-kutipan di atas, perhatikanlah bahwa Yesus yang pada kayu salib berseru <Aku haus!> itu, sebelumnya telah memperkenalkan diriNya sebagai roti hidup dan pemilik mata air kehidupan.  Siapa yang lapar dan haus dan MAU datang kepadaNya, akan diberi makan roti hidup dan minum dari mata air kehidupan dan “… ia tidak akan haus untuk selama-lamanya …” dan air yang akan diberikan Tuhan Yesus kepadanya, “… akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal. Jadi, pemahaman prajurit-prajurit Romawai akan pernyataan Tuhan Yesus di kayu salib <Aku haus!> yang kemudian memberiNya minum anggur asam adalah, sekali lagi, pemahaman dan tindakan yang SALAH.

Jauh sebelum Tuhan Yesus berseru di kayu salib <Aku haus!> dan beurusan dengan masalah haus dan lapar, baik secara rohani maupun jasmani, manusia dalam perjalanan hidupnya sejak Adam jatuh kedalam dosa telah menderita dan bergumul karena haus dan lapar. Ada tidak kurang dari 35 ayat Alkitab Perjanjian Lama yang memuat masalah haus; ada yang merupakan kisah penderitaan (haus) karena kutuk dosa, ada yang merupakan nubuatan, ada yang merupakan suruhan untuk member minum orang haus …. dan ada yang pula yang berupa seruan, mirip  seperti seruan Tuhan Yesus. Beberapa di antaranya dikutip sebagai contoh berikut ini.

1.    Hukuman atas dosa dan kejahatan manusia:
Hukuman Induk:

Firman-Nya kepada perempuan itu: "Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu." Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu;dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu."(Kej. 3:16-19)

Realisasi Hukuman Induk (lukisan tentang umat manusia yang tidak setia dan memberontak kepada Allah dan hukuman yang diterima dari Allah:

Dan sekarang ia tertanam di padang gurun, di tanah yang kering dan haus akan air. (Yehezkiel  19:13)

…supaya jangan Aku menanggalkan pakaiannya sampai dia telanjang, dan membiarkan dia seperti pada hari dia dilahirkan, membuat dia seperti padang gurun, dan membuat dia seperti tanah kering, lalu membiarkan dia mati kehausan. (Hosea  2:2)

…maka dengan menanggung lapar dan haus, dengan telanjang dan kekurangan akan segala-galanya engkau akan menjadi hamba kepada musuh yang akan disuruh TUHAN melawan engkau. Ia akan membebankan kuk besi ke atas tengkukmu, sampai engkau dipunahkan-Nya.( Ulangan 28:48)


2.    Seruan/ teriakan karena haus:

Ketika ia sangat haus, berserulah ia kepada TUHAN: "Oleh tangan hamba-Mu ini telah Kauberikan kemenangan yang besar itu, masakan sekarang aku akan mati kehausan dan jatuh ke dalam tangan orang-orang yang tidak bersunat itu!" (Simson:  Hakim-hakim 15:18)

Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah? (Daud: Mz 42:3)

Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair. (Daud: Mz 63:2)


3.    Janji/ Nubuat akan Pemulihan dari Allah:

Bilamana Aku menutup langit, sehingga tidak ada hujan, dan bilamana Aku menyuruh belalang memakan habis hasil bumi, dan bilamana Aku melepaskan penyakit sampar di antara umat-Ku,dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri (tanah) mereka (2Tawarikh 7:13-14)
Orang-orang sengsara dan orang-orang miskin sedang mencari air, tetapi tidak ada, lidah mereka kering kehausan; tetapi Aku, TUHAN, akan menjawab mereka, dan sebagai Allah orang Israel Aku tidak akan meninggalkan mereka. (Yesaya 41:17)

Sebab Aku akan mencurahkan air ke atas tanah yang haus, dan hujan lebat ke atas tempat yang kering. Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas keturunanmu, dan berkat-Ku ke atas anak cucumu.( Yesaya 44:3).


4.    Gambaran akan salah satu akibat cara hidup umat manusia yang tidak saling mengasihi:

Lidah bayi melekat pada langit-langit karena haus; kanak-kanak meminta roti, tetapi tak seorang pun yang memberi. (Ratapan 4:4)


5.    Salah satu Prilaku Ayub yang dituduhkan kepadanya oleh sahabatnya Elifas:

orang yang kehausan tidak kauberi minum air, dan orang yang kelaparan tidak kauberi makan, … (Ayub 22:7, baca juga Mat 25:31-46)


6.    Himbauan/ suruhan untuk saling mengasihi:

Hai penduduk tanah Tema, keluarlah, bawalah air kepada orang yang haus, pergilah, sambutlah orang pelarian dengan roti! (Yesaya 21:14)


7.    Nubuatan akan situasi di akhir zaman:

"Sesungguhnya, waktu akan datang," demikianlah firman Tuhan ALLAH, "Aku akan mengirimkan kelaparan ke negeri ini, bukan kelaparan akan makanan dan bukan kehausan akan air, melainkan akan mendengarkan firman TUHAN. Pada hari itu akan rebah lesu anak-anak dara yang cantik dan anak-anak teruna karena haus;( Amos 8:11, 13)


Dari kutipan di atas, perhatikanlah bahwa sekurang-kurangnya ada tujuh (7) hal untuk dipelajari berkaitan dengan masalah haus. Tiga (3) di antaranya adalah, (a) haus sebagai hukuman atau kutukan sebagai akibat dosa yang tidak hanya dialami oleh manusia tetapi juga oleh tanah dan ternak; (b) teriakan atau seruan memohon pemulihan atas rasa haus, baik haus tubuh (jasmani) maupun haus jiwa (rohani) dan (c) janji Allah akan pemulihan. 

Tiga (3) hal berikutnya menyangkut cara hidup manusia yang tidak saling mengasihi pada masa Perjanjian Lama yang mengakibatkan penderitaan, kelaparan dan kehausan serta himbauan agar  cara hidup tersebut diperbaiki. Tiga hal tersebut itulah yang juga menjadi focus perhatian pada masa Perjanjian Baru baik oleh Tuhan Yesus maupun oleh para Rasul. Pembahasan secara detail akan disampaikan pada bagian akhir dari renungan ini.

Hal ketujuh (7) yang dapat dipelajari dari kutipan di atas adalah nubuatan tentang situasi di masa-masa akhir. Pembahasan detail tentang hal ketujuh ini akan disampaikan pada kesempatan lain. Pembahasan berikut ini difokuskan dulu pada tiga hal pertama dalam kaitannya dengan salah satu pernyataan Tuhan Yesus di kayu salib: <Aku haus!>

Kutipan ayat-ayat Alkitap Perjanjian Lama dan penjelasan singkat yang telah diberikan di atas kiranya telah memberi arah pemahaman kepada kita akan apa sesungguhnya makna pernyataan Tuhan Yesus di kayu salib: <Aku haus!>. Sekurang-kurangnya ada tiga (3) makna sekaligus nilai penting dari seruan tersebut yang selengkapnya disampaikan sebagai berikut.

Pertama, Seruan Tuhan Yesus <Aku haus!> adalah seruan jiwa (bukan tubuh jasmani) yang haus akan Allah BapaNya, haus akan kehidupan rohani yang kekal. Seruan kepada BapakNya agar dipulihkan jiwaNya (tubuh ronani) dari penderitaan tubuh jasmaniNya sebagai manusia biasa.
Yesus dalam wujud manusia biasa yang yang diutus BapakNya sebagai anak domba Allah yang memikul dosa umat manusia dan siap/ sedang disembelih saat itu merasa telah sangat menderita sengsara. Menderita sengsara hidup di dunia (di tanah) yang terkutuk oleh dosa. Menderita sejak sebelum kelahirannya (yang hanya di palungan - kandang  Betlehem dan terancam dibunuh oleh Herodes) hingga saat Dia menyerahkan diri, dengan masuk terang-terangan ke kota Yerusem (yang kita kenal dengan minggu Palma) untuk ditangkap dan disalibkan (dus, disembelih sebagai anak domba Allah). Oleh Nabi Yesaya (53), Yesus dan penderitaanNya dinubuatkan sebagai berikut.
Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan? Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupa pun tidak, sehingga kita menginginkannya.Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan.Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah.Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya.Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya. Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul. Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.

Karena penderitaan yang dilaluiNya seperti yang ada dalam nubuatan Nabi Yesaya ini, maka Ia sempat menawarkan kepada BapakNya dalam doanya di taman Gesemani: …."Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."  ….
(silahkan klick lagu <Dalam Taman>, dan nyani bareng sejenak);
… dan di saat terpaku di kayu salib, pada puncak karya penyelamatan yang dikerjakanNya, Dia berseru kepada BapakNya <Aku haus!>. Haus akan pemulihan jiwa (tubuh ronani) dari penderitaan tubuh jasmaniNya sebagai manusia biasa. Dan ….pada saatnya yaitu ketika “sudah selesai”, Dia menyerahkan nyawaNya (yaitu darahNya): pertama, sebagai korban penebusan dosa atau pemulihan umat manusia dari kutuk dosa (yang ditandai dengan terbelahnya tabir Bait Allah); dan kedua, agar dirinya sendiripun dipulihkan Allah … dan (keyakinan saya pribadi berkata) Allah hadir saat itu juga untuk memulihkan jiwaNya, kembali kedalam kehidupan (rohani) yang kekal bersama BapakNya, sementara tubuh jasmaninya sebagai manusia biasa, dinyatakan wafat dan dikuburkan.  Kegelapan tiga jam (jam 12 sg – 3 soreh), tabir Bait Allah terbelah, gempa bumi, kuburan terbuka dan kebangkitan orang percaya di saat Tuhan Yesus menyerahkan nyawaNya adalah tanda kehadiran Allah.
(Baca tanda-tanda kehadiran Allah: guntur, gempa bumi, angin, badai, puting beliung, api,… dll dalam kitab-kitab, antara lain, Yesaya: 5, 17, 21, 29 dan 66; Jeremia: 23 dan 30; 1 Raja-Raja 19, 2; Tawarikh 5; Mazmur 83; Zakharia 5; … … dll. Juga nantikan dan ikuti seri renungan berikutnya tentang MISTERI TERBELAHNYA TABIR BAIT ALLAH)

Kedua, seruan Tuhan Yesus <Aku haus!> adalah SATU SERUAN DOA. Doa Imam besar agung (Ibrani 4:14-15 dan Ibrani 5) kepada Allah, atas nama umat manusia, memohon pengampunan dosa dan pemulihan tanah (dunia) dan manusia dari kutukan dosa, dari kekeringan, kehausan, kesengsaraan dan penderitaan.  
        Nyani dulu yok!  satu lagu dalam dua versi: Click: 
          Imam Besar Agung   (Bahasa Indonesia saja) 
        atau ......
          Imam Besar Agung  (Bahasa Indonesia & Inggris)

Yesus adalah penggenapan dari seluruh janji Allah akan pemulihan manusia dari penderitaan akibat kutuk dosa. Pemulihan dari rasa haus/ keinginan akan terpenuhinya kebutuhan jasmani manusia, selagi manusia masih di dunia ini; dan pemulihan dari rasa hasus/ kerinduan jiwa akan kehidupan kekal (DAN BUKAN kematian kekal).
Posisi Tuhan Yesus di saat Dia berseru <Aku haus!> adalah pada kayu salib (symbol pengorbanab diriNya sebagai anak domba Allah) dan tergantung di antara langit dan bumi, antara Allah di surga yang kekal dan manusia di dunia yang fana.  Dalam posisi yang diambilNya ini, Dia berperan dan bertindak: pertama sebagai manusia biasa – anak Daud; mewakili seluruh umat manusia berseru <Aku haus!) akan pemulihan jasmani dan rohani. Sebelumnnya Daud juga berseru: “Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair(Mz 63:2); kedua, berperan dan bertindak sebagai Imam besar agung sekaligus sebagai anak domba Allah yang siap/ sedang mempersembahkan dirinya sebagai penebusan dosa umat manusia.  Jadi, seruan Tuhan Yesus <Aku haus!> itu adalah SATU SERUAN DOA lanjutan dari seruan sebelumnya <Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.>. Doa Imam besar agung, atas nama umat manusia, memohon pengampunan dosa dan pemulihan manusia dan tanah (dunia) yang kering dan haus, yang menderita sengsara akibat kutukan dosa. Hal yang menarik di sini untuk dijadikan rema dan tema renungan pribadi kita (masing masing) selanjutnya adalah bahwa peristiwa pengorbanan anak domba Allah serta seruan doa oleh Imam Besar Agung ini bukan dilakukan di bilik Maha Kudus – bait Allah, tetapi di puncak bukit Golgota. Malah di saat setelah Ia menyerahkan nyawaNya, TABIR BAIT ALLAH PUN TERBELAH DUA (Mat. 27: 51, Mark 15:38). Mengapa demikian …? Renungan berikutnya nanti tentang MISTERI TERBELAHNYA TIRAI BAIT ALLAH akan menyingkap rahasia ini.

Apakah Tuhan langsung bertindak saat itu untuk memulihkan  dunia (tanah) dan manusia dari penderitaan dan kesengsraan, seperti yang dilakukan untuk Tuhan Yesus?  Jawabannya adalah TIDAK! Karena itu ….

Ketiga, … karena itu, seruan Tuhan Yesus <Aku haus!> juga mengandung makna himbauan sebagai sesama manusia kepada sesama manusia untuk hidup saling mengasihi dan saling menolong dalam menanggung beban kehausan, penderitaan dan kesengsaraan dunia,  selagi mereka masih harus hidup di dunia ini hingga saatnya tiba ketika kemah dunia (tubuh jasmani) mereka dibongkar untuk memulihkan jiwa (tubuh rohani) mereka kembali ke kehidupan kekal (2 Pet 1: 13-14).  Makna ketiga dari seruan Tuhan Yesus ini adalah sekaligus juga merupakan rema dan pesan paskah bagi kita, umat manusia, bahwa apa bila kita masih diizinkan ada di dunia ini, maka kita sesungguhnya adalah utusan Allah sebagai duta kerjaan Allah yang membawa tugas pemulihan – tugas pembebasan (passover) umat manusia dari perbudakan akibat dosa.

Di sana sini, apa lagi di NTT yang diberi gelar propinsi termiskin ke dua, kita melihat ada terlalu banyak sesama kita yang menderita kemiskinan, kelaparan, kehausan dan kebodohan. Kasus TKW/I, perdagangan manusia, KDRT, sex bebas dan NARKOBA hingga SARA serta sikap primordialisme, ketidakadilan, korupsi dan kolusi yang menyengsarakan rakyat kecil terjadi di mana mana; malah kitapun mungkin terlibat dalam kasus-kasus ini.  Dalam konteks dan kondisi yang sebegini menyengsarakan banyak anak manusia ini, apakah kita, khususnya sebagai anggota gereja dan hamba-hamba Tuhan telah cukup perduli?  Apakah kita telah turun (down to earth) ke tengah-tengah pergumulan jemaat dan masyarakat yang menderita – membawa dan melaksanakan misi pembebasan yang diembankan kepada kita sebagai duta kerajaan Allah?

Satu kesaksian pribadi, ketika saya bersama rekan-rekan lainnya untuk pertama kalinya ditahbiskam untuk menjadi anggota Majelis Jemaat Benyamin Oebufu yang baru didirikan pada saat itu (tahun 1993/4), di Kupang NTT,  pesan pendeta yang memimpin kebaktian pentahbisan saat itu berbunyi kurang lebih sebagai berikut: ….

…. Majelis jemaat bukanlah suatu jabatan kehormatan tetapi adalah pekerjaan hamba dan pelayanan. Sebagaimana Tuhan Yesus mencuci dan membasuh kaki murid-muridnya, iltulah yang harus dikerjakan pula oleh setiap anggota Majelis jemaat. Karena itu, apabila diantara para calon anggota majelis yang ada di sini (saat itu) jikalau ada yang berkeinginan menjadi anggota Majelis jemaat karena menghendaki suatu jabatan kehormatan, saya beri kesempatan untuk silahkan mengundurkan diri sebelum pelaksanaan pentabisan (diam beberapa menit, kemudian mengulangi lagi pernyataan yang sama) …..  apabila diantara para calon ….. berkeinginan menjadi anggota Majelis jemaat karena menghendaki suatu jabatan kehormatan, saya beri kesempatan untuk silahkan mengundurkan diri …. (diam lagi beberapa menit).

Singkat ceritera, saya hampir-hampir mengundurkan diri pada saat itu juga; tetapi kemudia bertahan diri, karena rekan-rekan semuanya pun bertahan, dan kami ditahbis.Tetapi keanggotaan saya sebagai Majelis jemaat Benyamin di Oebufu, Kupang, NTT hanya berusia sekitar 6 bulan. Saya akhirnya memilih mengundurkan diri dan lebih aktif sebagai Hamba Tuhan Freelance, siap melayani kapanpun dan kemanapun, termasuk melalui cara apapun seperti melalui internet, sosmed dan telepon.

Nah, rema dari kesaksian singkat ini adalah bahwa  setiap jabatan gerejawi: anggota Majelis jemaat, Guru/ Dosen ….dan tugas gerejawi apapun, apalagi Pendeta adalah tugas dan pekerjaan HAMBA dan PELAYAN yang siap setiap saat untuk down to earth, ke tengah-tengah pergumulan jemaat untuk melayani, bahkan membasuh kaki jemaat sekalipun.   Saya tau persis dan memiliki bukti-bukti sejarah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) yang cukup akurat bahwa di awal mula perkembangan GMIT setelah Belanda meninggalkan Indonesia dan Timor secara khusus, Guru-guru Injil dan Pendeta-pendeta saat itu ditahbis dan diutus ke jemaat dengan membawa tiga (3) hal penting, yaitu: Alkitab, parang dan pacul. Karena itulah GMIT cukup berkembang pesat dan masih cukup bertahan hingga saat ini. Yang patut dicemaskan saat-saat ini adalah bahwa jiwa dan semangat kepelayanan para pendahulu GMIT yang down to earth ini rasanya sudah semakin pudar dan kurang ditemukan di kalangan generasi GMIT sekarang. Sedangkan, pergumulan jemaat di era globalisasi ini justru semakin kompleks dan rumit, tidak hanya terbatas pada kemiskinan tetapi juga kebodohan, kesehatan dan berbagai dampak negative perkembangan dunia (globalisasi, perdagangan bebas serta teknologi informasi yang membumi) yang terus bermunculan dan semakin meningkat.

Dalam kondisi dunia seperti ini, khususnya kondisi NTT sebagai propinsi termiskin ke dua di Indonesia, seribu-an pertanyaan bisa muncul di sekitar perayaan (ceremonial) paskah akhir-akhir ini; antara lain: apalah arti telur paskah, apalah arti salib-salib dan lilin yang tertancap di sepanjang pinggir jalan, ada makna dan nilai apa dibalik beribadat paskah/ menjelang paskah dengan berpakaian daerah, apalah arti lomba tarik tambang, gigit kerupuk dan picahkan balon dalam perayaan paskah, berapa banyak dana, tenaga dan waktu yang dikeluarkan untuk semuanya ini?  

Pertanyaan lain yang tidak kalah pentingnya adalah seberapa butuhnya (urgen-nya) pembangung gedung-gedung gereja yang megah, bukankah tubuh setiap anggota jemaat adalah Bait Allah yang sesungguhnya, yang harus paling utama dan paling pertama 'dimegahkan' sebelum yang lainnya?  Apalah manfaat  persembahan kolekte, persepuluhan, serta sumbangan wajib dari jemaat dan yang lainnnya, apalah manfaat menumpuk dana tabungan di bank untuk dikoleng di kaki mimbar setiap minggu, ….? Persembahan kolekte, perpuluhan, natsar dan persembahan khusus yang diajarkan melalui Alkitab, adalah benar untuk dilaksanakan. Tetapi, kemana persembahan tersebut dibawa, di mana disimpan, siapa yang menyimpan dan mengelola dan untuk apa dimanfaatkan - semuanya ini perlu ditata dan diatur sesuai amanat Allah dalam Alkitab. Jangan sampai GAGAL PAHAM dan SALAH TANGGAP, atau malah SALLAH TANGGAP secara sadar. Kesalapahaman dan kesalahtanggapan inilah yang telah menjadi sala satu sebab keterpurukan dan penderitaan jemaat/ umat Allah. Padahal, seperti kata Yesus: "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."

 Untuk mengakhiri renungan kali ini, janganlah kiranya kita GAGAL PAHAM dan SALAH TANGGAP dan memberi Tuhan Yesus meminum anggur asam di saat Dia berseru <Aku haus!); tetapi …. .
“.... Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” (Filipi 2:5-8) “....

KEKRISTENAN YANG TIDAK MEMILIKI KUASA DAN OTORITAS PEMBEBASAN ADALAH KEBOHONGAN DAN KEMUNAFIKAN.
 
 
 
 
John Haan bersama keluarga serta seluruh anggota komunitas Sekolah Kristen Agape Indah, mengucapkan selamat merayakan paskah. Tuhan memberkati kita, God bless us – God bless NTT  (Click and sing along!)

Anda mau membantu kami membangun 'bait Allah-bait Allah mungil'; atau memberi 'bait Allah mungil' yang dipercayakanNya kepada anda  untuk kami bangun bersama anda? Penjelasan selengkapnya,  click ...

                                     DI SINI