“AKU HAUS”
Suatu Kajian Semiotik dan Semantik Pragmatik tentang Pernyataan Tuhan Yesus di Kayu Salib
Renungan_2: Paskah 2017 oleh John Wem Haan.Lagu pengantar: click <SENGSARAKU>
<Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu
telah selesai, berkatalah Ia -- supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab
Suci --: "Aku haus!"
Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka
mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada
sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus.> (Yoh.19:28-29).
Ini satu lagi kasus GAGAL PAHAM yang
dikisahkan dalam Alkitab, khususnya dalam kitab Injil, di sekitar penyaliban
Tuhan Yesus. ….. (Click GAGAL PAHAM_1 yang ada di sisi kanan halaman ini dan baca, kalau belum sempat baca!)
Ada
tujuh (7) pernyataan maha penting – khotbah maha agung di bukit Golgota – yang
disampaikan Tuhan Yesus dari kayu salib - di saat Dia mengambil posisi antara
langit dan bumi – antara Sorga dan dunia – antara Allah dan manusia ciptaanNya
(tergantung di kayu salib). Alhasil,
lagi-lagi - manusia GAGAL PAHAM dan salah meresponi rancangan Allah.
Coba kita lihat bagaimana manusis
meresponi salah satu dari 7 pernyataan Tuhan Yesus tersebut, yaitu “Aku
haus!”. Seperti dalam kutipan di atas. “…
mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada
sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus”. Nah, dalam PEMAHAMAN MEREKA, yaitu
prajurit-prajurit Romawai yang ada pada saat itu, Tuhan Yesus haus jasmani. Sehingga respon mereka dengan memberi Yesus
minum anggur asam tersebut pada dasarnya adalah SALAH
karena seruan Tuhan Yesus <Aku haus!> ini mengandung makna dan nilai yang
sangat dahsyat dan sangat dalam, bukan hanya sekedar haus jasmani.
Sekalipun demikian, perlu diingat juga bahwa peristiwa memberi
Yesus minum anggur asam itu harus juga terjadi untuk menggenapi nubuat Alkitab: “… Bahkan,
mereka memberi aku makan racun, dan pada waktu aku haus, mereka memberi aku
minum anggur asam.” (Mz 69:21). Ada sumber lain (non-alkitab) yang menceriterakan bahwa bangsa
Yahudi memang memiliki tradisi memberi minuman anggur asam kepada orang
terhukum. Karena itulah di saat Tuhan Yesus menjadi orang terhukum, tersedia
juga anggur asam yang siap diberikan kepada Tuhan Yesus apabila Ia haus (secara
jasmani) sesuai tradisi tersebut. Apakah memang Tuhan Yesus haus sesuai
pemahaman tradisi dimaksud? Allah memang bebas berkarya melalui cara apapun
termasuk melalui tradisi umat Yahudi ini, yang memang telah pula dinubuatkan
pada masa Daud. Tetapi, seruan Tuhan Yesus <Aku haus!> tidak bisa
diartikan secara harafiah sekedar sebagai haus jasmani.
Nah,
apa sesungguhnya makna pernyataan Tuhan Yesus “Aku haus!”. Kata haus itu sendiri yang dalam bahasa
aslinya (Yunani): dipsaƵ (diYaw) dipakai dalam kitab Injil dalam dua
level makna. Pertama, arti harafiah yaitu haus
jasmani/ tubuh; dan kedua, arti kiasan
yang mencakup dua dimensi yaitu (1) dimensi keinginan (tubuh) akan
hal-hal jasmaniah, terutama yang merupakan kebutuhan hidup sehari-hari, tidak
hanya sekedar kebutuhan/ kehausan akan air minum; dan (2) dimensi kerinduan batin (jiwa/ rohani) akan ‘SESUATU’ yang tidak dapat dilihat
sehingga banyak kali tidak dipahami tetapi yang dapat menyegarkan, menguatkan
dan menentramkan batin (jiwa).
Sebagai
catatan, setiap keinginan bisa dipenuhi cepat atau lambat, tetapi kerinduan
adalah kerinduan yang bisa juga terpenuhi apabila menjadi keinginan dan
dilaksanakan. Berikut ini satu contoh kerinduan akan Zion (kota Yerusalem) yang
dialami umat Israel di saat mereka berada dalam pembuangan/ tawanan di Babel.
Kerinduan umat Israel ini sangat populer beredar melalu lagu (silahkan click <The River of Babylon>!) yang sangat
lasim dipakai sebagai lagu dansa (Gagal Paham lagi).
Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah
kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion. Pada pohon-pohon
gandarusa di tempat itu kita menggantungkan kecapi kita. Sebab di sanalah
orang-orang yang menawan kita meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian, dan
orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita: "Nyanyikanlah
bagi kami nyanyian dari Sion!"
Bagaimanakah kita menyanyikan nyanyian
TUHAN di negeri asing?
Jika aku melupakan engkau, hai
Yerusalem, biarlah menjadi kering tangan kananku! Biarlah lidahku melekat pada
langit-langitku, jika aku tidak mengingat engkau, jika aku tidak jadikan
Yerusalem puncak sukacitaku! (Mz 137:1-6)
Selama masa pelayananNya di bumi, Tuhan
Yesus memang banyak kali berurusan dengan dua dimensi kehausan tersebut di atas,
tidak hanya sekedar melalui pengajaranNya tetapi juga dalam perbuatan nyata
melalui pelayananNya. Berikut ini adalah
beberapa kutipan dari Alkitab P. Baru sebagai contoh, sekaligus sebagai dasar
pemahaman kita akan makna pernyataan Tuhan Yesus di kayu salib: <Aku
haus!>
…
Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat
tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf. Di situ terdapat sumur
Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur
itu. Hari kira-kira pukul dua belas. Maka datanglah seorang perempuan Samaria
hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: "Berilah Aku minum." Sebab
murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan. Maka kata perempuan
Samaria itu kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum
kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang
Samaria.) Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia
Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau
telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup." Kata
perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini
amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? Adakah Engkau lebih
besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang
telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?"
Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi,
tetapi barangsiapa minum air
yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya.
Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam
dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."
Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku
tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air." (Yoh.
4:5-15)
Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup;
barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. (Yoh_6:35).
Dan pada hari terakhir, yaitu pada
puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan
minum! Barangsiapa percaya
kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan
mengalir aliran-aliran air hidup." Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima
oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus
belum dimuliakan. (Yoh.7:37-39).
Firman-Nya lagi
kepadaku: "Semuanya telah terjadi. Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal
dan Yang Akhir. Orang yang
haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan. (Wahyu 21:6)
Roh dan pengantin perempuan itu berkata:
"Marilah!" Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata:
"Marilah!" Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan
barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma! (Wahyu 22:17)
Dalam kutipan-kutipan di
atas, perhatikanlah bahwa Yesus yang pada kayu salib berseru <Aku
haus!> itu, sebelumnya telah memperkenalkan diriNya sebagai roti
hidup dan pemilik mata air kehidupan. Siapa yang lapar dan haus dan MAU datang
kepadaNya, akan diberi makan roti hidup
dan minum dari mata air kehidupan dan
“… ia tidak akan haus untuk selama-lamanya
…” dan
air yang akan diberikan Tuhan Yesus kepadanya, “… akan menjadi mata air di dalam
dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.” Jadi, pemahaman prajurit-prajurit Romawai akan pernyataan Tuhan Yesus di kayu salib <Aku haus!> yang kemudian
memberiNya minum anggur asam adalah, sekali lagi, pemahaman dan
tindakan yang SALAH.
Jauh sebelum Tuhan Yesus berseru di kayu salib <Aku
haus!> dan beurusan dengan masalah haus dan lapar,
baik secara rohani maupun jasmani, manusia dalam perjalanan hidupnya sejak Adam
jatuh kedalam dosa telah menderita dan bergumul karena haus dan lapar. Ada
tidak kurang dari 35 ayat Alkitab Perjanjian Lama yang memuat masalah haus; ada
yang merupakan kisah penderitaan (haus) karena kutuk dosa, ada yang merupakan
nubuatan, ada yang merupakan suruhan untuk member minum orang haus …. dan ada
yang pula yang berupa seruan, mirip
seperti seruan Tuhan Yesus. Beberapa di antaranya dikutip sebagai contoh
berikut ini.
1.
Hukuman
atas dosa dan kejahatan manusia:
Hukuman Induk:
Firman-Nya
kepada perempuan itu: "Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat
banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan
berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu." Lalu firman-Nya kepada
manusia itu: "Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan
dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya,
maka terkutuklah tanah karena
engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah
seumur hidupmu: semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan
tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu;dengan berpeluh engkau akan
mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari
situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi
debu."(Kej. 3:16-19)
Realisasi Hukuman Induk (lukisan tentang
umat manusia yang tidak setia dan memberontak kepada Allah dan hukuman yang
diterima dari Allah:
Dan sekarang ia tertanam
di padang gurun, di tanah yang
kering dan haus akan air. (Yehezkiel
19:13)
…supaya jangan Aku
menanggalkan pakaiannya sampai dia telanjang, dan membiarkan dia seperti pada
hari dia dilahirkan, membuat dia seperti padang gurun, dan membuat dia seperti
tanah kering, lalu membiarkan dia mati kehausan. (Hosea 2:2)
…maka dengan menanggung lapar dan haus, dengan telanjang dan kekurangan akan
segala-galanya engkau akan menjadi hamba kepada musuh yang akan disuruh
TUHAN melawan engkau. Ia akan membebankan kuk besi ke atas tengkukmu, sampai
engkau dipunahkan-Nya.( Ulangan 28:48)
2.
Seruan/
teriakan karena haus:
Ketika ia sangat haus, berserulah ia
kepada TUHAN: "Oleh tangan hamba-Mu ini telah Kauberikan kemenangan yang
besar itu, masakan sekarang
aku akan mati kehausan dan jatuh ke dalam tangan orang-orang yang tidak
bersunat itu!" (Simson:
Hakim-hakim 15:18)
Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang
hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah? (Daud: Mz 42:3)
Ya Allah, Engkaulah
Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku
haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair.
(Daud: Mz 63:2)
3.
Janji/
Nubuat akan Pemulihan dari Allah:
Bilamana Aku menutup
langit, sehingga tidak ada hujan, dan bilamana Aku menyuruh belalang memakan
habis hasil bumi, dan bilamana Aku melepaskan penyakit sampar di antara
umat-Ku,dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan
mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga
dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri (tanah) mereka (2Tawarikh 7:13-14)
Orang-orang sengsara dan
orang-orang miskin sedang mencari air, tetapi tidak ada, lidah mereka kering kehausan;
tetapi Aku, TUHAN, akan
menjawab mereka, dan sebagai Allah orang Israel Aku tidak akan
meninggalkan mereka. (Yesaya 41:17)
Sebab Aku akan mencurahkan air ke atas
tanah yang haus, dan hujan lebat ke atas tempat yang kering. Aku akan
mencurahkan Roh-Ku ke atas keturunanmu, dan berkat-Ku ke atas anak cucumu.( Yesaya
44:3).
4.
Gambaran
akan salah satu akibat cara
hidup umat manusia yang tidak saling mengasihi:
Lidah bayi melekat pada
langit-langit karena haus; kanak-kanak meminta roti, tetapi tak seorang pun
yang memberi. (Ratapan 4:4)
5.
Salah
satu Prilaku Ayub yang dituduhkan kepadanya oleh sahabatnya Elifas:
… orang yang kehausan tidak kauberi
minum air, dan orang
yang kelaparan tidak kauberi makan, … (Ayub 22:7, baca juga Mat 25:31-46)
6.
Himbauan/
suruhan untuk saling mengasihi:
Hai penduduk tanah Tema,
keluarlah, bawalah air kepada
orang yang haus, pergilah, sambutlah orang pelarian dengan roti! (Yesaya
21:14)
7.
Nubuatan
akan situasi di akhir zaman:
"Sesungguhnya,
waktu akan datang," demikianlah firman Tuhan ALLAH, "Aku akan
mengirimkan kelaparan ke negeri ini, bukan kelaparan akan makanan dan bukan kehausan akan air, melainkan akan mendengarkan firman
TUHAN. Pada hari itu akan
rebah lesu anak-anak dara yang cantik dan anak-anak teruna karena haus;(
Amos 8:11, 13)
Dari kutipan di atas, perhatikanlah bahwa
sekurang-kurangnya ada tujuh (7) hal untuk dipelajari berkaitan dengan masalah haus.
Tiga (3) di antaranya adalah, (a) haus sebagai hukuman atau kutukan
sebagai akibat dosa yang tidak hanya dialami oleh manusia tetapi
juga oleh tanah dan ternak; (b) teriakan atau seruan memohon
pemulihan atas rasa haus, baik haus tubuh (jasmani) maupun haus jiwa (rohani)
dan (c) janji Allah akan pemulihan.
Tiga
(3) hal berikutnya menyangkut cara hidup manusia yang tidak saling mengasihi
pada masa Perjanjian Lama yang mengakibatkan penderitaan, kelaparan dan
kehausan serta himbauan agar cara hidup
tersebut diperbaiki. Tiga hal tersebut itulah yang juga menjadi focus perhatian
pada masa Perjanjian Baru baik oleh Tuhan Yesus maupun oleh para Rasul.
Pembahasan secara detail akan disampaikan pada bagian akhir dari renungan ini.
Hal ketujuh (7) yang dapat dipelajari dari kutipan di
atas adalah nubuatan tentang situasi di masa-masa akhir. Pembahasan detail
tentang hal ketujuh ini akan disampaikan pada kesempatan lain. Pembahasan
berikut ini difokuskan dulu pada tiga hal pertama dalam kaitannya dengan salah
satu pernyataan Tuhan Yesus di kayu salib: <Aku haus!>
Kutipan ayat-ayat Alkitap Perjanjian Lama dan penjelasan
singkat yang telah diberikan di atas kiranya telah memberi arah pemahaman
kepada kita akan apa sesungguhnya makna pernyataan Tuhan Yesus di kayu salib:
<Aku
haus!>. Sekurang-kurangnya ada tiga (3) makna sekaligus nilai
penting dari seruan tersebut yang selengkapnya disampaikan sebagai berikut.
Pertama, Seruan
Tuhan Yesus <Aku haus!> adalah seruan jiwa (bukan tubuh jasmani) yang
haus akan Allah BapaNya, haus akan kehidupan rohani yang kekal. Seruan kepada
BapakNya agar dipulihkan jiwaNya (tubuh ronani) dari penderitaan tubuh
jasmaniNya sebagai manusia biasa.
Yesus dalam wujud manusia biasa yang yang diutus BapakNya
sebagai anak domba Allah yang memikul dosa umat manusia dan siap/ sedang
disembelih saat itu merasa telah sangat menderita sengsara. Menderita sengsara
hidup di dunia (di tanah) yang terkutuk oleh dosa. Menderita sejak sebelum
kelahirannya (yang hanya di palungan - kandang
Betlehem dan terancam dibunuh oleh Herodes) hingga saat Dia menyerahkan
diri, dengan masuk terang-terangan ke kota Yerusem (yang kita kenal dengan
minggu Palma) untuk ditangkap dan disalibkan (dus, disembelih sebagai anak
domba Allah). Oleh Nabi Yesaya (53), Yesus dan penderitaanNya dinubuatkan
sebagai berikut.
Siapakah yang percaya kepada berita
yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan? Sebagai taruk ia tumbuh di
hadapan TUHAN dan sebagai
tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada
sehingga kita memandang dia, dan rupa pun tidak, sehingga kita
menginginkannya.Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan
yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup
mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan.Tetapi
sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang
dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi
dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena
kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan
kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat
seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN
telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.Dia dianiaya, tetapi dia
membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang
dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang
menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.Sesudah penahanan dan
penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri
orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah.Orang
menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di
antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak
ada dalam mulutnya.Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan.
Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat
keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya. Sesudah
kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu,
sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan
kejahatan mereka dia pikul. Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang
besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan,
yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan
karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung
dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.
Karena
penderitaan yang dilaluiNya seperti yang ada dalam nubuatan Nabi Yesaya ini, maka
Ia sempat menawarkan kepada BapakNya dalam doanya di taman Gesemani: …."Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin,
biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki,
melainkan seperti yang Engkau kehendaki." ….
(silahkan
klick lagu <Dalam Taman>,
dan nyani bareng sejenak);
…
dan di saat terpaku di kayu salib, pada puncak karya penyelamatan yang
dikerjakanNya, Dia berseru kepada BapakNya <Aku haus!>. Haus
akan pemulihan jiwa (tubuh ronani) dari penderitaan tubuh jasmaniNya sebagai
manusia biasa. Dan ….pada saatnya yaitu ketika “sudah selesai”, Dia
menyerahkan nyawaNya (yaitu darahNya): pertama, sebagai korban penebusan dosa atau pemulihan umat manusia dari kutuk dosa (yang ditandai dengan terbelahnya tabir Bait Allah); dan kedua, agar dirinya sendiripun dipulihkan Allah … dan (keyakinan saya pribadi
berkata) Allah hadir saat itu juga untuk memulihkan jiwaNya, kembali kedalam
kehidupan (rohani) yang kekal bersama BapakNya, sementara tubuh jasmaninya
sebagai manusia biasa, dinyatakan wafat dan dikuburkan. Kegelapan tiga jam (jam 12 sg – 3 soreh), tabir
Bait Allah terbelah, gempa bumi, kuburan terbuka dan kebangkitan orang percaya
di saat Tuhan Yesus menyerahkan nyawaNya adalah tanda kehadiran Allah.
(Baca
tanda-tanda kehadiran Allah: guntur, gempa
bumi, angin, badai, puting beliung, api,… dll dalam kitab-kitab, antara
lain, Yesaya: 5, 17, 21, 29 dan 66; Jeremia: 23 dan 30; 1 Raja-Raja 19, 2;
Tawarikh 5; Mazmur 83; Zakharia 5; … … dll. Juga nantikan dan ikuti seri
renungan berikutnya tentang MISTERI TERBELAHNYA TABIR BAIT ALLAH)
Kedua, seruan Tuhan Yesus
<Aku
haus!> adalah SATU SERUAN DOA. Doa Imam besar agung (Ibrani 4:14-15
dan Ibrani 5) kepada Allah, atas nama umat manusia, memohon pengampunan dosa
dan pemulihan tanah (dunia) dan manusia dari kutukan dosa, dari kekeringan, kehausan,
kesengsaraan dan penderitaan.
Nyani dulu yok! satu lagu dalam dua versi: Click:
Imam Besar Agung (Bahasa Indonesia saja)
atau ......
Imam Besar Agung (Bahasa Indonesia & Inggris)
Yesus adalah penggenapan dari seluruh janji Allah akan pemulihan manusia dari penderitaan akibat kutuk dosa. Pemulihan dari rasa haus/ keinginan akan terpenuhinya kebutuhan jasmani manusia, selagi manusia masih di dunia ini; dan pemulihan dari rasa hasus/ kerinduan jiwa akan kehidupan kekal (DAN BUKAN kematian kekal).
Posisi
Tuhan Yesus di saat Dia berseru <Aku haus!> adalah pada kayu salib
(symbol pengorbanab diriNya sebagai anak domba Allah) dan tergantung di antara
langit dan bumi, antara Allah di surga yang kekal dan manusia di dunia yang
fana. Dalam posisi yang diambilNya ini, Dia
berperan dan bertindak: pertama
sebagai manusia biasa – anak Daud; mewakili seluruh umat manusia berseru
<Aku haus!) akan pemulihan jasmani dan rohani. Sebelumnnya Daud juga
berseru: “Ya Allah, Engkaulah Allahku,
aku mencari Engkau, jiwaku
haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair” (Mz
63:2); kedua, berperan dan bertindak
sebagai Imam besar agung sekaligus sebagai anak domba Allah yang siap/
sedang mempersembahkan dirinya sebagai penebusan dosa umat manusia. Jadi, seruan Tuhan Yesus <Aku
haus!> itu adalah SATU SERUAN DOA lanjutan dari seruan sebelumnya
<Ya
Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.>.
Doa Imam besar agung, atas nama umat manusia, memohon pengampunan dosa dan
pemulihan manusia dan tanah (dunia) yang kering dan haus, yang menderita sengsara akibat kutukan dosa. Hal yang menarik di sini untuk
dijadikan rema dan tema renungan pribadi kita (masing masing) selanjutnya adalah
bahwa peristiwa pengorbanan anak domba Allah serta seruan doa oleh Imam Besar
Agung ini bukan dilakukan di bilik Maha Kudus – bait Allah, tetapi di puncak
bukit Golgota. Malah di saat setelah Ia menyerahkan nyawaNya, TABIR BAIT ALLAH
PUN TERBELAH DUA (Mat. 27: 51, Mark 15:38). Mengapa demikian …? Renungan
berikutnya nanti tentang MISTERI TERBELAHNYA TIRAI BAIT ALLAH akan menyingkap
rahasia ini.
Apakah Tuhan langsung bertindak saat itu untuk
memulihkan dunia (tanah) dan manusia
dari penderitaan dan kesengsraan, seperti yang dilakukan untuk Tuhan
Yesus? Jawabannya adalah TIDAK! Karena
itu ….
Ketiga, …
karena itu, seruan Tuhan Yesus <Aku haus!> juga mengandung makna himbauan
sebagai sesama manusia kepada sesama manusia untuk hidup saling mengasihi dan
saling menolong dalam menanggung beban kehausan, penderitaan dan kesengsaraan
dunia, selagi mereka masih harus hidup
di dunia ini hingga saatnya tiba ketika kemah dunia (tubuh jasmani) mereka
dibongkar untuk memulihkan jiwa (tubuh rohani) mereka kembali ke kehidupan
kekal (2 Pet 1: 13-14). Makna ketiga
dari seruan Tuhan Yesus ini adalah sekaligus juga merupakan rema dan pesan
paskah bagi kita, umat manusia, bahwa apa bila kita masih diizinkan ada di
dunia ini, maka kita sesungguhnya adalah utusan Allah sebagai duta kerjaan
Allah yang membawa tugas pemulihan – tugas pembebasan (passover) umat manusia dari
perbudakan akibat dosa.
Di sana sini, apa lagi di NTT yang diberi gelar propinsi
termiskin ke dua, kita melihat ada terlalu banyak sesama kita yang menderita
kemiskinan, kelaparan, kehausan dan kebodohan. Kasus TKW/I, perdagangan
manusia, KDRT, sex bebas dan NARKOBA hingga SARA serta sikap primordialisme, ketidakadilan,
korupsi dan kolusi yang menyengsarakan rakyat kecil terjadi di mana mana; malah
kitapun mungkin terlibat dalam kasus-kasus ini. Dalam konteks dan kondisi yang sebegini menyengsarakan
banyak anak manusia ini, apakah kita, khususnya sebagai anggota gereja dan
hamba-hamba Tuhan telah cukup perduli? Apakah kita telah turun (down to earth) ke tengah-tengah
pergumulan jemaat dan masyarakat yang menderita – membawa dan melaksanakan misi
pembebasan yang diembankan kepada kita sebagai duta kerajaan Allah?
Satu kesaksian pribadi, ketika saya bersama rekan-rekan
lainnya untuk pertama kalinya ditahbiskam untuk menjadi anggota Majelis Jemaat
Benyamin Oebufu yang baru didirikan pada saat itu (tahun 1993/4), di Kupang
NTT, pesan pendeta yang memimpin
kebaktian pentahbisan saat itu berbunyi kurang lebih sebagai berikut: ….
…. Majelis jemaat
bukanlah suatu jabatan kehormatan tetapi adalah pekerjaan hamba dan pelayanan.
Sebagaimana Tuhan Yesus mencuci dan membasuh kaki murid-muridnya, iltulah yang
harus dikerjakan pula oleh setiap anggota Majelis jemaat. Karena itu, apabila
diantara para calon anggota majelis yang ada di sini (saat itu) jikalau ada
yang berkeinginan menjadi anggota Majelis jemaat karena menghendaki suatu
jabatan kehormatan, saya beri kesempatan untuk silahkan mengundurkan diri
sebelum pelaksanaan pentabisan (diam beberapa menit, kemudian mengulangi
lagi pernyataan yang sama) ….. apabila diantara para calon ….. berkeinginan
menjadi anggota Majelis jemaat karena menghendaki suatu jabatan kehormatan,
saya beri kesempatan untuk silahkan mengundurkan diri …. (diam lagi beberapa
menit).
Singkat ceritera, saya hampir-hampir mengundurkan diri pada
saat itu juga; tetapi kemudia bertahan diri, karena rekan-rekan semuanya pun
bertahan, dan kami ditahbis.Tetapi keanggotaan saya sebagai Majelis jemaat Benyamin
di Oebufu, Kupang, NTT hanya berusia sekitar 6 bulan. Saya akhirnya memilih
mengundurkan diri dan lebih aktif sebagai Hamba Tuhan Freelance, siap melayani
kapanpun dan kemanapun, termasuk melalui cara apapun seperti melalui internet,
sosmed dan telepon.
Nah, rema dari kesaksian singkat ini adalah bahwa setiap jabatan gerejawi: anggota Majelis
jemaat, Guru/ Dosen ….dan tugas gerejawi apapun, apalagi Pendeta adalah tugas
dan pekerjaan HAMBA dan PELAYAN yang siap setiap saat untuk down
to earth, ke tengah-tengah pergumulan jemaat untuk melayani, bahkan
membasuh kaki jemaat sekalipun. Saya tau persis dan memiliki bukti-bukti
sejarah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) yang cukup akurat bahwa di awal
mula perkembangan GMIT setelah Belanda meninggalkan Indonesia dan Timor secara
khusus, Guru-guru Injil dan Pendeta-pendeta saat itu ditahbis dan diutus ke
jemaat dengan membawa tiga (3) hal penting, yaitu: Alkitab, parang dan pacul. Karena itulah GMIT cukup
berkembang pesat dan masih cukup bertahan hingga saat ini. Yang patut
dicemaskan saat-saat ini adalah bahwa jiwa dan semangat kepelayanan para
pendahulu GMIT yang down to earth ini rasanya sudah semakin pudar dan kurang ditemukan di kalangan generasi GMIT sekarang. Sedangkan, pergumulan
jemaat di era globalisasi ini justru semakin kompleks dan rumit, tidak hanya
terbatas pada kemiskinan tetapi juga kebodohan, kesehatan dan berbagai dampak
negative perkembangan dunia (globalisasi, perdagangan bebas serta teknologi
informasi yang membumi) yang terus bermunculan dan semakin meningkat.
Dalam kondisi dunia seperti ini, khususnya kondisi NTT
sebagai propinsi termiskin ke dua di Indonesia, seribu-an pertanyaan bisa muncul
di sekitar perayaan (ceremonial) paskah akhir-akhir ini; antara lain: apalah arti telur
paskah, apalah arti salib-salib dan lilin yang tertancap di sepanjang pinggir
jalan, ada makna dan nilai apa dibalik beribadat paskah/ menjelang paskah dengan berpakaian daerah,
apalah arti lomba tarik tambang, gigit kerupuk dan picahkan balon dalam
perayaan paskah, berapa banyak dana, tenaga dan waktu yang dikeluarkan untuk
semuanya ini?
Pertanyaan lain yang tidak kalah pentingnya adalah seberapa butuhnya (urgen-nya) pembangung gedung-gedung gereja yang megah, bukankah tubuh setiap anggota jemaat adalah Bait Allah yang sesungguhnya, yang harus paling utama dan paling pertama 'dimegahkan' sebelum yang lainnya? Apalah manfaat persembahan kolekte, persepuluhan, serta sumbangan wajib dari jemaat dan yang lainnnya, apalah manfaat menumpuk dana tabungan di bank untuk dikoleng di kaki mimbar setiap minggu, ….? Persembahan kolekte, perpuluhan, natsar dan persembahan khusus yang diajarkan melalui Alkitab, adalah benar untuk dilaksanakan. Tetapi, kemana persembahan tersebut dibawa, di mana disimpan, siapa yang menyimpan dan mengelola dan untuk apa dimanfaatkan - semuanya ini perlu ditata dan diatur sesuai amanat Allah dalam Alkitab. Jangan sampai GAGAL PAHAM dan SALAH TANGGAP, atau malah SALLAH TANGGAP secara sadar. Kesalapahaman dan kesalahtanggapan inilah yang telah menjadi sala satu sebab keterpurukan dan penderitaan jemaat/ umat Allah. Padahal, seperti kata Yesus: "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."
Pertanyaan lain yang tidak kalah pentingnya adalah seberapa butuhnya (urgen-nya) pembangung gedung-gedung gereja yang megah, bukankah tubuh setiap anggota jemaat adalah Bait Allah yang sesungguhnya, yang harus paling utama dan paling pertama 'dimegahkan' sebelum yang lainnya? Apalah manfaat persembahan kolekte, persepuluhan, serta sumbangan wajib dari jemaat dan yang lainnnya, apalah manfaat menumpuk dana tabungan di bank untuk dikoleng di kaki mimbar setiap minggu, ….? Persembahan kolekte, perpuluhan, natsar dan persembahan khusus yang diajarkan melalui Alkitab, adalah benar untuk dilaksanakan. Tetapi, kemana persembahan tersebut dibawa, di mana disimpan, siapa yang menyimpan dan mengelola dan untuk apa dimanfaatkan - semuanya ini perlu ditata dan diatur sesuai amanat Allah dalam Alkitab. Jangan sampai GAGAL PAHAM dan SALAH TANGGAP, atau malah SALLAH TANGGAP secara sadar. Kesalapahaman dan kesalahtanggapan inilah yang telah menjadi sala satu sebab keterpurukan dan penderitaan jemaat/ umat Allah. Padahal, seperti kata Yesus: "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."
Untuk mengakhiri
renungan kali ini, janganlah kiranya kita GAGAL PAHAM dan SALAH TANGGAP dan memberi
Tuhan Yesus meminum anggur asam di saat Dia berseru <Aku haus!); tetapi …. .
“.... Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh
pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun
dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik
yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan
mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam
keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati,
bahkan sampai mati di kayu salib.” (Filipi 2:5-8) “....
KEKRISTENAN YANG TIDAK MEMILIKI KUASA DAN OTORITAS PEMBEBASAN
ADALAH KEBOHONGAN DAN KEMUNAFIKAN.
John Haan bersama keluarga serta seluruh anggota
komunitas Sekolah Kristen Agape Indah, mengucapkan selamat merayakan paskah.
Tuhan memberkati kita, God bless us – God bless NTT (Click and sing along!)
Anda mau membantu kami membangun 'bait Allah-bait Allah mungil'; atau memberi 'bait Allah mungil' yang dipercayakanNya kepada anda untuk kami bangun bersama anda? Penjelasan selengkapnya, click ...